Type something and hit enter

author photo
By On


novel blog

Minggu, 6 Januari 2238 

Pelantikannya akan dilaksanakan pagi ini, aku telah resmi diterima dan menjadi bagian dari SA-OD. Badan kepemilikan pemerintah yang cukup tak dihargai oleh Sky. Harusnya aku yang membenci SA-OD karena lembaga ini yang telah merenggut Ayahku. Tapi hal itu tak pernah terjadi. Aku masuk menjadi junior developer di bagian Research and Development. Dua minggu lalu, saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah millik SA-OD seketika bayangan di pikiranku membawaku pada 8 tahun lalu saat pertama kalinya menyaksikan peluncuran Armadillo yang tak pernah kembali ke planet ini. Kenangan yang sangat mengerikan. Menurut jadwal setelah dilantik kami para peserta pelantikan akan menuju Antaloblas untuk mengikuti masa karantina dan pelatihan di sana. Misiku untuk mengetahui semua kebenaran dimulai dari sini. Sky, sangat disayangkan kau tak menemaniku menjadi saksi di sini. Menjadi saksi dari sejarah teknologi luar angkasa milik Orlanida.

“Dre, kemarin aku lupa memberitahumu. Genaya menerima lamaranku. Yuhuuu.”

Kubuka pesan hologram itu saat sedang bersiap memakai seragam SA-OD pertamaku, dasiku pun belum terpasang dengan rapi saat pesan itu masuk. Aku sempat terdiam membaca pesan itu, akhirnya Sky mendapatkan apa yang ia inginkan, kusampaikan dengan pesan teks.

“Setelah sekian lama Sky, akhirnya. Genaya memang bukan gadis sembarangan. Jik aku jadi Genaya akupun akan melakukan hal yang sama untuk menerima laki-laki sepertimu, peace.”

“Hei kalaupun aku tahu kau jadi Genaya, aku tak akan menyukaimu Drehidrasi.”

“Ha ha ha.”

Interaksi mereka dimulai saat dulu Genaya pertama kali meminta nomor holophone Sky. Disitulah semuanya berawal, Genaya menumpahkan tentang semua yang diinginkannya pada Sky. Intinya adalah ia tak ingin terganggu oleh kehadiran laki-laki apalagi terganggu dengan adanya suatu hubungan yang menurutnya belum waktunya. Genaya ingin Sky menunggunya sampai sekolah mereka selesai. Sky menyanggupinya, dengan berbesar hati Sky menyanggupi keputusan yang berat itu. Setelah hampir 5 tahun, Sky baru menceritakan semua itu saat kemarin kami bertemu di sini di Yosumi, di rumahku. Dia sangat sibuk dengan jadwal balapan, akupun dengan pendidikanku. Selama 5 tahun itu kami jarang saling bertukar kabar, tepatnya saat aku pindah ke Karani. Tapi tak sampai melupakan satu sama lain. Bagimana bisa aku melupakan sahabat yang satu itu, yang gigih dalam meminta pengakuan dari Genaya, yang akhirnya lamarannya diterima di usianya yang 20 tahun. Kau memang penuh kejutan Sky.

Oke, sudah waktunya untukku memulai karir di National Space Agency. Ibu sudah siap lebih dulu menungguku di bawah. Zadar masih sibuk membersihkan peralatan makan yang kotor sisa semalam. Brian, Brian sudah meninggal karena penyakit liver yang dideritanya satu tahun yang lalu. Suasana rumah sedikit berbeda sepeninggal Brian, tak ada petugas patroli hilir mudik yang tiap pagi dan sore berjaga di depan pintu atau tidur menemaniku di garasi. Kehidupan memang butuh makhluk hidup untuk datang dan pergi.

“Aku sudah siap Bu.”

“Oh sudah siap, bagaimana penampilan Ibu Dre.”

“Ibu tentu sangat cantik dengan pakaian merah ini. Ini pakaian dengan oksigen tekno kan?”

“Tentu saja, busana wanita kini bisa dipadupadankan dengan teknologi. Kau harus belajar lebih banyak soal wanita Dre. Bagaimana kau bisa mendapatkan Lexa kalau tak tahu apa-apa soal perempuan.”

“Kenapa jadi soal Lexa Bu, ayo kita berangkat saja.”

Aku yang menyetir flying car menuju tempat pelantikan. Pelantikan dilaksanakan menurut pada domisili asal dari peserta dan digelar di kantor SA-OD di tempat tersebut. Peserta yang berasal dari Yosumi menurut kabar cukup banyak tahun ini sekitar 20 orang, termasuk aku sendiri. Susunan acaranya adalah peresmian anggota baru dengan penyematan pangkat sebagai junior lalu menyampaikan visi dan misi selama menjabat di SA-OD. Aku tiba paling awal sepertinya, kursi peserta belum ditempati sama sekali.  Kursi telah tersusun rapi di aula yang disediakan untuk semua tamu undangan. Kursi melayang tanpa menyentuh lantai, teknologi ini dikembangkan oleh perusahaan furniture 20 tahun lalu dan menjadi trend untuk sekarang. Tempat untuk peserta disediakan di paling depan dengan hologram dari masing-masing peserta ditampilkan menandai kursinya dan akan hilang secara otomatis saat ditempati.

Aku sempat memerhatikan semua nama dan hologram milik peserta dari pintu masuk. Satu persatu dari hologram paling kiri, tampaknya disusun sesuai abjad. Kursiku ada di urutan kelima dari kiri. Lalu mataku terhenti pada satu nama yang sangat tak kusangka akan ada disusunan kursi untuk peserta. Nama yang sangat aku kenal dari kecil, Sani Alexandra. Hologram wajahnya hampir saja tak ku kenali, ia sekarang memakai kacamata dengan rambut sangat pendek. Tapi aku kenal betul tahi lalat di atas alis mata kirinya, ya ini dia. Seperti orang gila aku mengajak hologram miliknya untuk sama-sama tersenyum bersamaku. Lex, kau jadi bagian dari SA-OD juga ternyata. Sudah lama tak bertemu.

Jika Lexa jadi peserta pelantikan maka sebentar lagi dia akan datang. Dan, aku akan menemuinya lagi di sini untuk kedua kalinya setelah dulu pertama kali saling tatap di Karani. Jantungku berdebar tak karuan dibuatnya. Perasaanku campur aduk, senang, salah tingkah dan sangat tak sabar menunggu ia datang untuk menempati tempatnya.

“Dre, lihat. Apa itu benar-benar Lexa. Itu Sani Alexandra yang kau kenal?”

“Ya Bu, dia Lexa. Tak ada lagi nama Sani Alexandra di Yosumi, itu dia.”

“Wah ternyata dia juga sama denganmu, peserta pelantikan juga. Ibu senang sekali.”

“Senang kenapa Bu?”

“Ya senanglah, kau akan dekat dengan Lexa setelah ini.”

Setelah melontarkan perkataan seperti itu lalu Ibu pergi begitu saja ke tempat duduknya. Aku tahu Ibu bermaksud untuk menyemangatiku secara tidak langsung, lewat perkataan kecil seperti itu. Sungguh Bu, akupun sangat ingin dekat dengannya, sungguh.

Satu persatu tamu undangan berdatangan dan menempati tempat yang sudah disediakan. Tapi aku tak melihat Lexa datang, belum, mungkin sebentar lagi. Mataku hanya mencari Lexa di pintu masuk, hanya dia. Belum, dia belum juga datang, 10 menit lagi acara dimulai, ke mana dia? Aku mulai khawatir apakah dia akan datang tepat waktu. Ini gelisah yang tak perlu sebenarnya, tapi aku benar-benar gelisah menunggu anak itu. Lex, kau datang atau tidak? Aku mulai bertanya-tanya tak penting di pikiranku sendiri. Acara dimulai 5 menit lagi tapi Lexa belum juga datang. Aku berulang kali menengok ke arah pintu masuk aula tapi tak kudapati dia. Terpikir untuk menghubungi holophone miliknya, tapi tidak, aku ingin semua berjalan natural. Biarkan dia tahu sendiri dengan melihatku secara langsung yang sedari tadi duduk di sini sejajar dengan tempat duduk miliknya.

Para petinggi dari SA-OD menempati podium, akhirnya acara akan segera dimulai. Semua membetulkan posisi duduknya menghadap podium dan tampak serius. Sudut mata kananku melihat seseorang bergerak menempati tempat untuk peserta, aku menengok hanya ingin memastikan itu siapa. Ternyata itu Lexa, ia tak menyadari kehadiranku dan langsung duduk memerhatikan podium karena sebentar lagi pelantikan dimulai. Akhirnya kau datang juga Lex.

Sambutan kepada seluruh peserta dan tamu undangan disampaikan oleh Prof. Derelio yang tak lain adalah salah satu jendral SA-OD. Gedung SA-OD ini juga ditujukan untuk pusat pendidikan di kota ini. Tapi bukan itu yang menjadi bahan perhatianku sekarang, pikiranku menuju pada Lexa. Kira-kira ia diterima dengan jabatan apa? di sub divisi apa? Sambutan selesai, nama kami satu persatu disebutkan dengan jabatan dan penempatan sub divisi masing-masing sesuai urutan abjad, itu artinya dimulai dari arah kiriku. Aku tak menghapal nama yang disebutkan, aku hanya menunggu namaku disebut.

“Dreo Olivion, Junior Developer sub divisi Research and Development.”

Namaku disebutkan oleh pimpinan, aku masih memandang ke depan lalu sudut mata kananku melihat lagi ada seseorang membungkukkan tubuhnya di urutan antara 10 kursi ke kanan. Kulihat siapa itu, mataku dengan tepat mengarah pada pergerakan itu. Dan itu adalah Lexa yang melihatku dengan ekspresi muka tak menyangka, kedua alisnya menyatu. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan menggerakan bibir tanpa suara, ia pasti tahu aku sedang menyapanya. Lalu dengan bahasa tubuh yang galak ia mengisyaratkan kita berdua harus berbicara setelah acara ini selesai. Kira-kira seperti ini:

“Hei Dre, kenapa kamu diam saja dari tadi, kamu pasti tahu aku menjadi peserta di sini kan. Kita harus bicara nanti.”

Lalu giliran Lexa untuk disebutkan namanya, aku memerhatikan dengan saksama dia ditempatkan di mana. Ternyata ia menjadi apa yang selama ini ia inginkan.

“Sani Alexandra, Junior Astronomer sub divisi Stars Observation.”

Penyematan pangkat dilaksanakan setelah semua peserta disebutkan, riuh suara tepuk tangan memenuhi ruangan. Prof. Derelio mengucapkan selamat kepada seluruh peserta pelantikan yang telah resmi menjadi bagian dari SA-OD. Semua akan mengikuti pelatihan besok di Antaloblas. Selama ini aku bertanya-tanya kenapa pelatihan dilakukan di Antaloblas, bukankah itu tempat yang paling dianggap suci oleh semua orang? Jika kami semua mengikuti pelatihan di sana, ini adalah perjalanan spiritual pertama mengunjungi tempat paling suci di planet Lyuon.

Acara selesai sesuai jadwal, tanpa persiapan dan aba-aba Lexa lantas menarik lengan bajuku.

“Heh Dreo Olivion, kamu ke mana saja? tahu-tahu ada di sini. Dari tadi malah diam bukannya menyapaku. Apa kamu tak kenal aku lagi ya?”

“Ha ha ha, bukan begitu Lexa, aku menunggumu dari tadi sebelum acara dimulai. Tapi kamu tak datang-datang. Kukira kau tak akan datang.”

“Mana mungkin aku tak datang, aku hanya bangun kesiangan tadi. Lihat kau sekarang Dre, kau tampak berubah sekali. Tapi tinggi kita tetap sama. Kau datang ke sini dengan Ibumu kan?”

“Ya, itu Ibuku di sebelah sana. Ayo Ibuku selalu menanyakanmu.”

Inilah Lexa, penampilannya berubah tak seperti gadis kecil yang kukenal dulu. Tapi cerewetnya tak berubah sama sekali, sarapannya masih dengan uranium sepertinya. Jika harus kugambarkan perasaanku sekarang ini, aku akan menggambar elang yang terbang bebas dengan senyuman kegembiraan di wajahnya. Terbang dengan gaya memutar 3600 dan meliuk-liuk dengan hati gembira. Besok adalah awal yang baru untukku.

 

Senin, 7 Januari 2238

Kami semua, para peserta pelatihan berangkat dari markas pusat SA-OD di Orelan menuju Antaloblas dengan menumpangi pesawat Jertuz produksi tahun 2210 yang dapat menampung 300 penumpang di dalamnya. Termasuk dapat menembak musuh bila terancam dan terdesak karena pesawat ini dilengkapi senjata laser penembus titanium sekaligus dapat berkamulfase dengan sangat baik, yaitu menjadi tak terlihat. Pesawat ini dapat tahan melawan guncangan saat melewati awan cumulonimbus yang sering membuat pesawat penumpang biasa oleng dan akhirnya celaka. Aku baru saja merasakan sedikit getaran dari awan cumulonimbus itu, penerbangan ini sangat gelap sekali.

“Dre, aku takut. Apa ini tidak apa-apa?”

“Tenang Lex, ini hanya guncangan kecil. Langit menjadi gelap karena awan ini.”

“Hhhh...aku selalu teringat retakan itu Dre.”

“Ya, akupun sama. Kamu tahu? Aku pernah dijuluki Duo Ambigu saat dulu di sekolah remaja karena berusaha meyakinkan yang lain bahwa ada retakan di langit.”

“Benarkah? Kau dengan temanmu satu lagi?”

“Ya, aku dan Skechers. Dia satu-satunya orang yang percaya padaku.”

“Akupun sama, tak ada yang percaya padaku tentang retakan itu. Menurutmu itu apa Dre?”

“Aku berteori retakan itu adalah hasil tumbukan dengan Armadillo, kamu masih ingat Armadillo kan?”

“Ya, aku masih ingat. Lalu, kenapa langit menjadi solid seperti itu? menurutmu apa?”

“Karena proses dari efek rumah kaca beberapa ratus tahun yang lalu, aku yakin.”

“Teorimu masih mentah Dre, kau harus menyempurnakannya nanti.”

“Ya aku belum sampai memikirkannya lebih jauh.”

“Oh ya, aku belum sempat menanyakan ini Lex, kau diterima di kampusmu dengan predikat akselerasi juga? Ya kan?”

“Bisa dibilang seperti itu, aku menjadi mahasiswa akselerasi saat baru 15 tahun.”

“15 tahun? kita sama kalau begitu Lex. Akupun baru berumur 15 tahun saat kuliah di Universitas Antartika.”

“Terus, kau kenapa tak pernah menghubungiku. Padahal kita di satu kota yang sama, di Karani.”

“Hmmmm...yaa...aku tahu kau sibuk, kita berdua sibuk. Aku tak ingin mengganggu saja.”

“Mengganggu apanya Dreo? Kau ini sangat aneh.”

“Ha ha ha, kenapa jadi marah begitu. Kita bakal sering berjumpa sekarang ini kan”.

“Siapa yang marah, aku hanya tak mengerti jalan pikiranmu.”

“Ya itu juga masih satu kategori dengan marah. Tak apa, marah ya marahlah.”

“Tuh, dasar Hercules.”

“Ha ha ha”

Aku tak mengutarakan maksudku yang sebenarnya, aku tak ingin mengganggu hubungan Lexa dengan kekasihnya, itu alasan terbesarku selama ini. Jika menurut sebagian orang ini adalah kolot, biarlah, karena akan cukup tidak menghargai orang lain bila kita ada diantara mereka tapi bersembunyi dalam harapan palsu, berharap mereka berpisah.

“Aku tak melihat kekasihmu datang kemarin, Lex.”

“Memangnya kamu tahu orangnya?”

“Dulu, waktu kita bertemu di lift, di Karani. Itu kekasihmu kan?”

“Oh, dia, kita sudah berpisah Dre.”

“Maaf kalau begitu, kau jadi ingat dia lagi.”

“Ha ha ha, kan sudah ada kamu Dre.”

Aku hanya tersenyum mendengar itu. Dia selalu begitu, menyiratkan sesuatu dengan melontarkan perkataan kecil. Aku bisa membacanya, atau dari gerak geriknya aku tahu ia menyampaikan sesuatu lewat pesan imajiner miliknya. Kita seperti terkoneksi lewat jaringan tanpa kabel.       

“Kamu ingat tidak saat kecil dulu, kamu mengajakku ke mana, Lex?”

“Ke mana memangnya?”

“Kamu mengajakku ke Antaloblas, dengan suara cemprengmu kamu yakin sekali akan ke pulau itu untuk melihat tumbuhan yang ada di sana.”

“Oh iya Dre, aku ingat, setelah pak guru hologram membahas tentang Antaloblas kan? Ha ha ha, iya Dre aku ingat.”

“Dan, kita akan menuju kesana sekarang.”

“Harapanku terkabul kan, aku berhasil membawamu ke pulau Antaloblas. Ha ha ha, kenapa kamu masih ingat tentang itu Dre.”

“Tak tahu, mungkin itu ada dalam ingatan inti di otakku.”

Perjalanan yang sangat jauh ini tak akan terasa bila harus meladeni Lexa, kenanganku  dengannya sangat banyak bahkan sempat suatu waktu aku hampir tersesat dalam ingatanku sendiri. Aku tak tahu di mana aku saat itu, aku tak ingin hidupku yang baru, aku hanya ingin hidupku yang lama. Hidup yang hanya ada riang dan gembira sepanjang hari. Tapi, aku diingatkan kembali oleh waktu bahwa hidupku adalah di sini, saat ini. Dengan begitu aku bisa terus melanjutkan hidup dan sampai pada titik ini, bersama Lexa lagi.

“Dre, kau belum mengucapkan selamat padaku.”

“Selamat apa? Oh aku tahu..selamat ulang tahun kan?”

“Memangnya kamu ingat tanggal ulang tahunku?”

“27 Juni, aku ingat. Tapi Juni sudah terlewat jauh Lex.”

“Bukan itu Dreo, selamat atas keberhasilanku menjadi astronom. Huh, baru saja aku memujimu soal ingatan sekarang kau lupa harus apa.”

“Oh ha ha ha, ya ya selamat Lex kau sudah mencapai apa yang kau inginkan selama ini,  menjadi astronom.”

“Telat!”

“Ya ampun, aku salah lagi? Ya sudah aku tidur saja.”

“Heeeeh...jangan tidur Dre, temani aku ngobrol!”

Awan hitam berganti putih, kabin lebih terasa terang sekarang, cahaya matahari tak segan menembus melewati jendela. Aura ketenangan mulai terasa dari sini. Aku berhenti sejenak dari Lexa yang sedang haus perhatian dan menatap jauh keluar jendela.

“Lihat Lex, kita sudah sampai di Antaloblas.”

Kami berdua menatap hamparan hijau dengan penuh kekhusyukan. Orlanida tak punya keajaiban seperti ini, ini pemandangan yang tak bisa dibayar oleh apapun. Begitu hijau dan menyejukkan mata. Terdapat satu pohon raksasa yang mencuri perhatianku, sangat besar hingga dapat terlihat dari kejauhan memusatkan pandanganku padanya. Itulah pohon yang menjadi nama pulau ini, pohon Antaloblas. Pohon yang telah menjadi raja di hutan ini selama beratus-ratus tahun, berdiri kokoh menjulang tinggi dengan akarnya sendiri. Pemberi oksigen untuk planet yang hampir kehabisan oksigen alami untuk bernapas. Dialah makhluk hidup yang benar-benar mencintai alamnya, selalu memberi tanpa banyak bicara, tetap diam ditempatnya namun memberikan manfaat untuk dunia. Menjaga keutuhan fauna, menjadi rumah untuk berbagai spesies tanpa harus melebarkan wilayah dengan menempati tanah baru untuk dijajah. Dia menjadi inspirasiku hanya dalam waktu sekejap saja.

 

Selasa, 8 Januari 2238

Ini hari kedua kami berada di tanah baru, pelatihan awal adalah masa perkenalan dengan tempat yang sangat indah ini. Kami semua dibawa dengan kendaraan model lama. Ini pertama kalinya aku menaiki kendaraan memakai roda yang berputar, seperti zaman kakekku dulu. Kendaraan ini dibawa oleh Senior Tresi yang menjadi instrukturku. Sepanjang jalan aku bertemu dengan berbagai spesies burung yang menawan dengan macam-macam corak warna di tubuhnya. Ini adalah warisan dunia untuk saat ini.

“Lihat burung yang berwarna hijau dengan paruh menukik itu Dre, itu adalah burung Wuldi. Spesies asli dari Antaloblas. Lalu itu adalah pohon limbing, buahnya adalah makanan untuk burung-burung yang ada di sini.”

Lexa yang menjadi pemandu wisataku, ia menerangkan semuanya yang ada dihadapanku. Selain menjadi astronom ia juga cocok membuka taman safari, lihat saja ocehannya tak berhenti dari tadi.

Dan satu hal yang sangat membuatku terpesona adalah udara di hutan ini, sangat sejuk dan nikmat sekali. Sepertinya umurku akan panjang bila hidup dengan oksigen yang murni ini. Aku tak perlu memakai pakaian dengan oksigen tekno lagi karena oksigen di sini terjamin di setiap tempat. Tujuan kami adalah pohon Antaloblas, pohon yang dianggap suci oleh dunia. Tapi aneh aku tak menjumpai penduduk pribumi sepanjang perjalanan.

“Pak, saya boleh bertanya?”

“Ya, silahkan.”

“Apa tak ada penduduk pribumi yang tinggal di sini?”

“Sayangnya tak ada satupun penduduk lokal yang mendiami pulau ini, ini adalah pulau tak berpenghuni dan sekarang menjadi salah satu markas SA-OD.”

Keherananku tentang orang pribumi pudar setelah melihat langsung pohon yang tegak berdiri menantang langit. Kekagumanku memuncak saat berada di bawah naungannya, pohon raksasa ini hampir setinggi gedung pencakar langit yang ada di Visonic. Kemudian suara-suara burung dan binatang kecil lain memecah keheningan hutan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan, ini pengalaman yang sangat berharga dihidupku, aku tak akan pernah melupakannya.

Sore hari menjelang di langit Antaloblas, warna keemasan menghiasi wajahnya. Kusapa sahabat lamaku ini lewat suara hatiku, wajahnya sangat sejuk bila dilihat dari sini. Kehadirannya mengantar kami menuju markas untuk proses selanjutnya. Awalnya semua berjalan biasa saja, tak ada kecurigaan sama sekali. Sampai kami diminta untuk bersumpah tak akan membocorkan rahasia apapun tentang SA-OD. Kami disuguhi surat perjanjian untuk ditandatangani, isinya adalah perjanjian untuk patuh dengan apapun kebijakan SA-OD. Apa ini? aku merasa sedang dibodohi, mereka tak menjelaskan apapun tentang maksud perjanjian ini. Oh aku tahu, mereka membawa kami ke sini agar terputus dari dunia luar dan fokus untuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat oleh mereka, tepat seperti yang selama ini kusangkakan. Ini pasti ada hubungannya dengan retaknya langit dan semua kecelakaan yang dua kali telah terjadi. Tempat ini sangat sulit dijangkau oleh manusia karena berada di tengah samudera. Itulah mengapa mereka menjadikan Antaloblas sebagai markas rahasia. Ah sialan, kenapa tak terpikirkan olehku.

Lexa menatap mataku sangat serius, ia pasti memikirkan apa yang aku pikirkan. Aku hanya mengangguk untuk mengiyakan tatapannya lalu bertanya sesuatu pada senior.

“Maaf Pak Tresi, surat perjanjian ini untuk apa?”

“Tanda tangani saja, untuk kebaikan kalian dan untuk kepentingan bersama.”

Tak ada rasa curiga di wajah rekan kami yang lain, mereka menandatangani surat itu dengan santai. Sedangkan aku dan Lexa penuh dengan rasa curiga pada surat ini, tapi ini adalah kesempatan satu-satunya bagiku untuk tetap berada di SA-OD.

“Ayo Lex, tanda tangani saja. Lagipula kita tak bisa ke mana-mana.”

“Tapi Dre, ini sangat mencurigakan.”

“Aku tahu, tapi ini satu-satunya harapan kita untuk tetap ada di sini, di dalam tubuh SA-OD. Bila tiba saatnya nanti kita akan tahu kebenaran yang sebenarnya, di saat itulah aku akan menuntut kebenaran itu.”

Lexa telah mengetahui semua tentang SA-OD, aku menceritakannya kemarin usai dari pelantikan. Aku menceritakan dari mulai Ayahku masuk ke SA-OD bersama paman Gracaa, paman dari Sky, kuceritakan siapa Ayahku dan paman Gracaa di SA-OD. Iapun merasa ada yang aneh dengan lembaga ini setelah mendengar penuturanku kemarin. Tapi kami tetap melanjutkan langkah untuk berada di sini, tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya. Akhirnya aku menandatangani surat ini dengan berat hati. Lalu kami dibawa menuju ke salah satu tempat rahasia di markas yang sangat luas ini. Jendral tertinggi SA-OD, Prof. Dr. Alainor yang mengambil alih kendali sekarang. Ia mencoba untuk menjelaskan maksud dan tujuan kami ada di sini.

“Pertama-tama saya ucapkan selamat atas keberhasilan rekan-rekan semua dan saya ucapkan selamat bergabung dengan instansi yang sangat kita banggakan ini. Tujuan kalian disatukan di tempat ini adalah untuk mengikuti masa orientasi dan masa pendidikan pertama di SA-OD. Untuk kedepannya kalian akan dihadapkan pada misi yang sangat ambisius dan mutakhir di abad ini. Mengapa saya sebut demikian? Karena tak ada instansi atau korporasi di dunia ini yang mampu mengimbangi teknologi SA-OD. Jadi rekan-rekan semua patut berbangga bisa ada di dalam SA-OD dan menjadi bagian dari sejarah masa depan.”

Aku akui, pidato barusan sangat menggugah hati kami untuk berbangga diri bisa menjadi bagian dari SA-OD. Mengingat kami adalah orang-orang pilihan dan ini adalah perekrutan untuk yang pertama kalinya lagi semenjak 10 tahun lalu.

“Tapi sebelum rekan-rekan memulai misi, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara kerja SA-OD. Ini adalah pengenalan wilayah, silahkan untuk mengikuti instruktur masing-masing dan simak dengan teliti apa yang disampaikan.”

Tempatku adalah di divisi Research and Development sedangkan Lexa di divisi Stars Observation, kami berpisah sementara waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan SA-OD. Aku dipertemukan dengan kepala divisi dan semua kru Research and Development kemudian berkeliling untuk mengenal seluruh wilayah kerja SA-OD. Dr. Frede adalah komandan di divisiku, seperti pimpinan kebanyakan wajahnya terlihat tegas dan tanpa humor. Perawakannya yang tegap dan mantap terlihat cocok untuk posisi yang ia miliki. Sebenarnya aku berharap satu divisi dengan paman Gracaa tapi ia ada di divisi Analyst dan tak ditempatkan di Antaloblas.

“Selamat bergabung dengan divisi kami, saya adalah komandan Research and Development, Dr. Frede. Dreo Olivion, mulai dari sekarang kau adalah tanggung jawabku. Apakah bersedia untuk menjalankan tugas dariku?”

“Siap Pak.”

“Kau mengingatkanku pada seseorang.”

Dengan santai ia berkata seperti itu sambil menepuk pundakku, aku tak membalas apapun karena aku tahu siapa yang ia maksud, Ayahku. Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, apakah semua kru dari SA-OD mengenal dengan baik Ayahku? Apakah semua kru termasuk Jendral Besar sangat bersedih saat tahu Ayahku tewas hancur bersama Neptune? Dan apakah Ayahku sangat berarti bagi SA-OD? Tapi sepertinya kru yang tewas bukan menjadi hal yang baru di SA-OD, entah kenapa aku punya pikiran sejelek itu.

 

Rabu, 9 Januari 2238

Pagi ini, tak seperti biasanya kepalaku terasa sangat berat sekali. Aku tak tahu apa yang terjadi kemarin padaku, yang kuingat hanya saat malam, kami, semua rekan-rekan pelatihan dikumpulkan di satu ruangan dan setelah itu, aku tak ingat setelah itu. Kenapa ini? apa yang tejadi padaku? Sebagian pikiranku mengambil alih fungsi gerak tubuhku, aku tak kuasa untuk menolaknya. Kenapa ini? ini seperti bukan diriku sendiri, ada diriku yang lain mengontrol pergerakan tangan dan kakiku. Sialan, apa yang telah mereka perbuat padaku, kalau aku seperti ini bagaimana dengan yang lainnya. Bagaimana dengan Lexa? apa ia mengalami hal yang sama denganku? Kurang ajar, kakiku bergerak tanpa kuperintahkan. Kenapa ini bisa terjadi? Apa maksud dari SA-OD membuatku seperti ini? Sungguh kurang ajar, badanku bergerak sendiri keluar dari ruang kamar dan menuju laboratorium tempatku bekerja. Dr. Frede, nama itu yang tertera di tanda pengenalnya. Kepalanya tak memiliki sehelai rambutpun, ia tengah berdiri di dalam laboratorium dan sepertinya menunggu kehadiranku.

“Dreo Olivion, maaf telah membuatmu seperti ini. Tapi ini demi kebaikan Orlanida, kau berkompeten menjadi chemical engineering, dan kau adalah anak terbaik dari Orlanida. Sudah saatnya kau mengabdi pada negaramu.”

Apa maksud dari perkataannya? Orlanida? Apa itu Orlanida? bibirku tak dapat kugerakkan sama sekali. Aku bahkan tak bisa bersuara seperti yang kuinginkan. Sungguh kurang ajar, ini pasti perbuatan mereka, tapi apa yang telah mereka perbuat padaku?. Jantungku berdebar sangat kencang, untunglah, ia masih merespon apa yang kurasakan. Organ tubuhku masih menjadi milikku. Tapi otakku, otakku telah dikuasai oleh diriku yang lain. Aku tak dapat mengingat apapun, bahkan nama Ibuku sendiri.

“Sialan kau Dr. Frede! Aku ingin ingatanku kembali!, kembalikan diriku seperti semula!. Aku bersumpah akan membuat perhitungan dengan kalian!. Aku bersumpah demi nama Ibuku!, kembalikan dia padaku!. Kembalikan semua yang menjadi milikku. SA-OD brengsek!, kembalikan semuanya!!!”

Sekeras apapun kucoba berteriak tapi bibirku tetap saja tak mengeluarkan sepatah katapun, aku hanya menjadi penonton di hidupku sendiri. Diriku yang lain mengerjakan semuanya, semua yang menjadi tugasku di SA-OD, semua pengetahuanku digunakan untuk kepentingan SA-OD. Dengan tak kenal sopan santun mereka memeras otakku, otak yang seharusnya kukendalikan sendiri telah direbut oleh mereka. Apa sebetulnya rencana mereka?, apa aku akan mati dengan cara seperti ini? Aku tak boleh mati dengan kondisi seperti ini, pasti ada cara untuk mengembalikan semuanya. Ini adalah tubuhku, ini adalah hidupku. Mereka tak boleh merebut hidupku dengan cara yang selicik ini. Sungguh licik merenggut secara paksa pengetahuan orang lain. Kita lihat sampai sejauh mana rencana mereka. Lexa, kalau kau mendengar suara ini aku bersumpah akan menemukan cara untuk membebaskan kita.

 

Kamis, 10 Januari 2238

Ini penjara untukku, penjara paling sadis yang dimiliki dunia untuk seorang manusia. Hidupku direnggut dengan tak menyisakkan apapun selain diriku yang sebenarnya, selain namaku, selain Lexa. Tapi tunggu dulu, kenapa aku masih mengingat Lexa, ya aku masih mengingat Lexa. Lexa masih berseragam kanak-kanak. Kemarin seingatku aku tak mengingat hal itu, sekarang aku ingat masa kecil Lexa tapi sayangnya aku tak ingat masa kecilku sendiri. Ya terlihat jelas Lexa menjadi teman sekelasku dulu, aku yakin ini ingatanku yang hilang. Tubuhku masih dalam keadaan tidur sekarang, aku merasa leluasa ada dalam otakku sendiri. Kemarin saat tubuhku sedang bekerja rasanya seperti terhimpit, seperti terhimpit di dalam pikiranku sendiri tak bisa bergerak sama sekali. Tubuhku bekerja seharian tanpa istirahat, ilmuku dikuras, aku hanya bisa melihat tapi tak bisa berbuat sesuatu apapun. Aku merasakan lelah yang diderita tubuhku. Jika terus seperti ini aku akan mati kelelahan di sini. Sehebat apapun teknologi yang mereka miliki, mereka tak boleh mengambil hidupku. Teknologi mereka pasti ada kelemahannya, tapi apa? Jika ingatan tentang Lexa telah kembali walau sedikit, tak menutup kemungkinan semua akan kembali seperti semula.

Ada seseorang masuk ke dalam kamarku, aku bisa mendengarnya, telingaku masih memihak padaku. Ia membangunkan tubuhku memakai sesuatu, tapi aku tak bisa melihat apa itu, mataku masih terpejam. Jadi begitu cara kerja mereka pada tubuhku, tubuhku akan tidur saat energi satu hari itu habis lalu mereka membangunkannya dengan paksa. Aku tahu sekarang, mereka harus membuat tubuh ini bangun terlebih dahulu karena tubuh ini tak akan bangun dengan sendirinya. Ya, mereka ternyata tak bisa menguasai semuanya, ini pertanda baik untukku. Pertama ingatan Lexa kembali dengan perlahan, lalu tubuhku tak bisa bekerja bila tak bisa dibangunkan oleh mereka. Mereka hanya menguasai otak kiriku, tapi tak menguasai otak kanan dan alam bawah sadarku. Aku harus menunggu lebih sabar lagi, sepertinya perlu waktu lama untuk mengetahui kelemahan teknologi yang mereka miliki. Poin lebih untukku adalah bisa melihat apa yang sedang mereka kerjakan lewat mata yang aku punya, entah mereka sadari itu atau tidak. Mereka pastilah punya niat yang sangat busuk sehingga harus mempekerjakan diriku secara paksa. Mungkin, bila aku mengetahui dari awal apa yang akan mereka tugaskan padaku aku akan menolaknya jadi mereka memperalatku seperti ini. Licik betul rencana mereka. Baik, aku akan ikuti apa mau mereka, sampai sejauh mana skenario ini berjalan.

Ini dia, tubuhku akan mulai mengerjakan sesuatu. Apa ini? mereka meminumkan sesuatu padaku? Ini, rasanya seperti daging yang dihaluskan dengan dicampur sayuran. Apa ini asupan makananku untuk hari ini? kucingpun dibiarkan makan dengan layak kenapa manusia diperlakukan seperti ini? Biadab, sungguh biadab. Tak punya perasaan sama sekali. Aku ingin sekali memberi pelajaran pada orang-orang tak berprikemanusiaan ini, tapi tanganku, tanganku tak bisa kugerakkan sedikit pun. Kakiku terus saja berjalan menuju laboratorium. Aku tak bisa memerintahkan tangan dan kakiku bergerak untukku. Ayo bergeraklah, aku mohon. Jantungku, aku masih bisa merasakan jantungku berdegup dengan kencang. Jantungku merespon kemarahan dariku. Jantung, jantung bisa kujadikan senjata, ya,  aku bisa menggunakannya sebagai penyalur perasaan. Otakku akan merasakan apa  yang aku rasakan.

“Ayo, aku ingin menutup mataku sebentar saja, sebentar saja kau menurut padaku wahai otak. Kau tak mau menurut kali ini? Baiklah, aku tak akan memaksakanmu untuk sekarang. Silakan kau kerjakan dulu apa yang mereka inginkan darimu. Aku akan melihat apa yang kamu kerjakan dari sini.”

Semoga aku tak akan benar-benar gila, aku akan mencoba untuk tetap waras dengan semua ini. Otak kiriku tak mau terhubung sama sekali denganku. Dia sedang mengerjakan sesuatu. Dia, mempelajari susunan dari rangkain cara untuk menghancurkan dan mengubah kaca menjadi partikel di stratosfer. Kaca? untuk apa mengubah kaca menjadi oksigen? Oh tidak, apa ini tentang langit yang menjadi solid. Jika benar, berarti apa yang terjadi pada langit adalah ulah SA-OD? Selama ini memang benar semua yang disangkakan oleh Dr. Queen, semua yang disangkakan oleh Ibuku, bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh pemerintah. Apa mungkin SA-OD membungkam pemerintah. Apa sebenarnya tujuan kalian membuat semua ini? Di mana tanggung jawab kalian pada dunia? Kalian hanya membuat keadaan menjadi semakin kacau.

Paman Gracaa, apa paman Gracaa juga terlibat dengan semua kekacauan ini? Hei tunggu dulu, aku ingat. Ya, lapisan kaca di langit, prasangka Ibu, Dr. Queen dan sekarang paman Gracaa, aku ingat dia yang memasukkanku ke SA-OD. Tapi, ah aku tak ingat apa-apa lagi selain itu. Kepalaku sakit mengingatnya, aku harus tetap sadar di sini. Di dalam laboratorium kulihat ada beberapa orang saja, semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada seseorang yang mendekatiku. Aku mengenali kepala botaknya, ya dia Dr. Frede. Dia mencoba mengajakku bicara.

“Dreo, aku kenal dengan Ayahmu. Dia sungguh telah membuat SA-OD berkembang sangat pesat. Kau sangat mirip dengan Ayahmu, kalian berdua punya otak yang sangat cerdas.”

Ayahku? dia kenal dengan Ayahku? Apa hubungan dia dengan Ayahku? Kepalaku makin sakit, ini sakit sekali. Aku harus mengatur jalan darahku, nafasku, aku bisa mengaturnya sekarang. Akhirnya, satu persatu apa yang menjadi milikku kembali. Ayahku? aku ingat, Jara Olivion. Paman Gracaa adalah sahabat Ayahku, Ayahku meninggal karena kecelakaan saat perjalanan menuju ekspedisi ke Planet Silver. Apa lagi? apa lagi yang terkoneksi dengan cerita itu? Ibuku, nama Ibuku adalah Dara, aku hanya ingat nama depannya. Itu sudah cukup untuk saat ini, aku sudah mengenal Ayah dan Ibuku lagi. Ada lima nama untuk saat ini, Lexa, Jara Olivion, Dara, Gracaa dan Dr. Frede. Oke, satu persatu ingatanku kembali semua harus terhubung untuk merangkainya kembali. Ini akan sangat berat, aku tahu. Tapi aku tak boleh menyerah.

 

Bersambung 

Chapter Sebelumnya

0 Comments