Type something and hit enter

author photo
By On

 

Bandung Lautan Cuanki


Jalan Diponegoro adalah saksi sejarah beragam kegiatan warga Bandung. Jalan yang menghubungkan antara perempatan Dago dan Supratman ini mempunyai panjang 1.369 meter dan menjadi salah satu jalan di Bandung yang sudah ada sejak kolonial Belanda. Di jalan ini pula terdapat gedung pemerintahan yang kita tahu dengan nama Gedung Sate yaitu gedung kerja untuk Gubernur Jawa Barat yang sedang memimpin. Di depan Gedung Sate berlokasi sebuah lapangan yang sudah terkenal dari dulu dengan nama Lapangan Gasibu yang akan sibuk dan penuh sesak di hari Minggu oleh wargi Bandung yang ingin berolahraga atau yang ingin sekadar belanja di pasar Minggu di sana. Di sebelah Lapangan Gasibu terdapat sebuah museum yang sering dikunjungi oleh siswa-siswi dari berbagai kota di Jawa Barat yaitu Museum Geologi sebuah museum yang punya artefak dan fosil bersejarah dari mulai fosil dinosaurus T-Rex sampai Triceratops. 


Di Jalan Diponegoro ini pula di akhir tahun 90an sering dipakai oleh muda-mudi Bandung kala itu untuk balapan liar. Yang namanya balapan liar tentunya ilegal dan tidak berizin maka kegiatan ini seringkali dibubarkan oleh polisi. Warga sekitar menamai kegiatan ini dengan "nonton kecot". "Kecot" dalam bahasa Sunda artinya "ngepot" dalam bahasa Indonesia atau "drift" dalam bahasa Inggris. Kegiatan ini digelar dari tengah malam menuju dini hari di Jalan Diponegoro yang kemungkinan diprakarsai oleh anggota geng motor kala itu. Tak ayal sering kali para pebalap kecot ini terkena razia dan digelandang ke kantor polisi dan penontonnya pun sudah pasti kocar-kacir saat sirine polisi terdengar. 

Love and Hate Relationship Pasar Cimol Gedebage

Tapi kini Jalan Dipenogoro punya trend baru yaitu Bandung Lautan Cuanki. Tidak di depan Gedung Sate tentunya tapi para pedagang cuanki ini mangkal dari mulai depan Museum Geologi berjajar sangat jauh dengan lampu LED bertenaga baterai sampai pertigaan Pusdai. Apa itu Pusdai? Pusdai adalah akronim dari Pusat Dakwah Islam sebuah masjid besar yang dibangun akhir tahun 90an yang punya menara ikonik di tengahnya. Namun ternyata tidak hanya di situ saja ada juga pedagang cuanki di sisi Pusdai yang lain yaitu di Jalan Surapati tapi sisi yang ini hanya di pelataran Pusdai saja. Fenomena ini berawal dari Pusdai yang dipugar yang awalnya di sisi jalan Surapati ini tertutup tembok kemudian kini diubah dengan konsep terbuka sehingga orang-orang bisa duduk-duduk di sana. Pada mulanya hanya satu atau dua pedagang cuanki yang mangkal di sana mungkin pedagang cuanki yang tadinya berkeliling kemudian mencoba untuk menjajakan dagangannya di sana karena banyak orang yang nongkrong sambil istirahat. Namun ternyata bertambah ramai dan semakin ramai. Boleh jadi cikal bakal Bandung Lautan Cuanki ini berasal dari sini. 




Lalu apa itu cuanki? Tidak ada kajian khusus dari mana asal-usul cuanki. Cuanki adalah makanan siap saji berupa bakso kemudian tahu putih juga bisa dikolaborasikan dengan mie instan. Para pedagang cuanki punya ciri khas seperti pedagang di Indonesia yang lain yaitu dengan membawa dagangannya dipikul yang kemudian berdagang secara berkeliling. Dari sini lah ada istilah muncul cari uang jalan kaki atau disingkat cuanki. Berbeda dengan pedagang bakso keliling memakai gerobak beroda yang memanggil pelanggannya dengan memukul mangkok, pedagang cuanki memanggil pelanggannya dengan memukul kentongan kecil dari kayu menghasilkan bunyi "tok tok". Kentongan kecil ini juga yang dipakai oleh penjual baso tahu di Bandung. Berbeda dengan baso tahu yang memakai bumbu kacang, baso dan tahu di cuanki ini berkuah dengan mengandalkan bumbu siap saji berupa micin, daun bawang, kecap dan juga sambal. 


Trend Bandung Lautan Cuanki ini muncul di pertengahan menuju akhir di tahun 2022 dan kini masih digandrungi anak ABG untuk sekadar nongkrong atau hang out sambil menyantap cuanki. Mereka akan makan secara lesehan beralas terpal tanpa kursi yang disediakan setiap pedagang cuanki di sana. Sebab mereka hanya mengandalkan trotoar untuk berjualan tanpa atap tentu saja kendala jajan cuanki di sini adalah saat hujan yang sudah barang tentu akan kehujanan tak ada tempat untuk berteduh. Hampir setiap malam mereka berjualan di sana apa lagi di akhir minggu akan semakin padat dan kadang menimbulkan kemacetan apabila ada mobil yang parkir di area itu. Selain seru dan gaya baru jajan cuanki di sini juga pastinya murah meriah. Apabila ada di Bandung maukah kalian mencoba Bandung Lautan Cuanki ini?


0 Comments