Type something and hit enter

author photo
By On
cerpen blog


CERPEN BLOG. Ini sebuah kejutan. Wajahku membeku, entah seperti apa wajahku ini dilihatnya. Tapi aku mencoba sekuat tenaga untuk bersikap biasa saja walaupun cukup berantakan. Dia tersenyum, tak tahu tersenyum untuk siapa. Tapi sudah pasti karena melihatku yang gelagapan. Semua penonton bersorak, riuh tawa terdengar memenuhi studio. "Dru ini adalah fans dari Melati", Pantera menjelaskan pada penonton di studio dan pemirsa di rumah. Melati dipersilakan duduk lalu ia menjabat tanganku dan memperkenalkan namanya walaupun aku sudah tahu. "Dru, sejak kapan kamu nge-fans sama Melati?", tanya Pantera. Aku yang masih terkejut berusaha susah payah untuk menjawab. "Ya....sejak, itulah". Benar-benar kurang ajar pikirku, dia pasti sudah menyiapkan ini sejak lama tanpa briefing denganku. Seisi studio masih riuh oleh suara tawa. 

Suasana sedikit mencair oleh pertanyaan Pantera pada Melati. Sebagai pembawa acara ia melakukan tugasnya dengan baik. Ia menanyakan kabar dan kegiatan yang sedang Melati lakukan belakangan ini. Aku hanya menyimak duduk di sofa bersebelahan dengannya. "Kembali lagi ke Dru", kata Pantera. "Dru, sebagai fans kamu mungkin punya sesuatu untuk diutarakan pada Melati?", ia meneruskan. Melati menoleh ke arahku, justru makin membuatku gugup. "Hei, Melati. Kata Dru barusan dia seperti sudah kenal kamu lama padahal belum ketemu", kata Pantera pada Melati. Melati tertawa menutup bibirnya dengan tangannya. Dia lalu menoleh lagi padaku. "Kok bisa?", tanyanya padaku. "Bisa, saya punya jin waktu", jawabku. Melati semakin tertawa tampaknya ia senang dengan candaan garingku. Obrolah terus berkutat di sana sampai akhirnya terpecahkan pada obrolan yang lain.

Di segment terakhir Pantera menutup acaranya dengan salam kesejahteraan pada penontonnya. Musik beralun mengiringi kamera yang masih menyala menayangkan credit title di televisi. Tampaknya beban ini sudah berakhir pikirku. Melati beranjak dari duduknya pergi menuju ruang make-up studio. Aku pergi belakangan menunggu Pantera yang masih mengobrol dengan beberapa kru di timnya. Setelah selesai kulayangkan protes langsung padanya. "Gimana sih lo, lo rencanain ini dari kapan?" tanyaku. Pantera hanya tertawa puas karena rencananya berjalan lancar walaupun ia berkelit bahwa itu adalah ide dari rim kreatif. Tapi bagaimanapun ini adalah pengalaman yang tak terlupakan buatku. Ada rasa ingin berterima kasih yang sangat kecil di hatiku untuk Pantera. Tapi tentu saja tak kusampaikan.

Di ruang tunggu bintang tamu ternyata Melati belum pulang. Ia terlihat baru menyelesaikan wawancara dengan seseorang. Aku berjalan menuju ke arahnya, bukan untuk menghampirinya tapi karena memang itu jalan satu-satunya untuk keluar. Aku semakin dekat, ia berdiri dari duduknya dan seketika menatap tanpa sengaja ke arahku. "Hei, udah mau pulang?". Aliran darah di dadaku mengalir deras, terasa jantungku memompa darah dengan kencang. "Iya, keburu ujan nih", jawabku santai. Perbincangan ternyata berlanjut, kami terus saling melempar kata-kata. Rona di wajahnya tak menyiratkan bahwa dia malas berbincang denganku. Justru sebaliknya, ia malah seperti menikmati momen berbincang itu. Kenapa ini? pikirku.

Sampai di pintu keluar yang aku khawatirkan memang terjadi. Hujan deras mengguyur tepat di pukul sepuluh malam. Kami berdua terjebak dalam gedung yang di luar sedang hujan sangat deras. "Kamu enggak dijemput supir?" tanyaku. "Mungkin lagi di jalan, aku tadi ke sini pake ojek online. Macet soalnya", jawabnya sambil melirik jam di tangannya. Kami akhirnya duduk di lobby teras menunggu hujan reda. Beberapa detik dalam keheningan kemudian Melati membuka obrolan yang mengherankan buatku. "Hmm. aku tanya boleh ya?", pintanya. "Boleh lah", jawabku. "Kamu stalking-in aku ya?". Dihadapkan pada pertanyaan yang menohok seperti ini tangannku sedikit bergetar. Tanpa ingin menutupi kujawab dengan pasti pertanyaannya. "Hmm..iya. Di jaman sekarang mana ada sih yang enggak stalking selebriti", aku mencoba membela diri. "Iya sih", jawabnya lirih. "Tapi aku juga stalking-in kamu kok", lanjutnya lagi sambil tersenyum. "Hah? Kamu enggak salah"? tanyaku. "Enggak. aku ngerti kok kenapa kamu ngerasa bisa kenal aku walaupun belum pernah ketemu. Karena kamu ngerasa aku mirip sama seseorang kan?", imbuhnya. "Mungkin kamu enggak sadar kita pernah ketemu di salah satu acara gala premier. Dan di saat itu aku ngerasa kamu mirip sama seseorang di hidupku", tambahnya lagi.

Baca Juga : Stalker Part 1
Di posisi duduk yang tegak dan keheranan ini aku mulai mencerna sedikit demi sedikit apa yang dikatakan oleh Melati. Ternyata ia duluan yang mulai memperhatikanku. Dan, mulai penasaran padaku lalu mencari semua media sosial yang aku punya. Aku rasa dunia sudah terbalik tak seperti yang kusangkakan selama ini. Jika diingat memang Melati masih terhitung artis baru. Sedangkan aku sudah lumayan lama ada di dunia bisnis pertunjukkan, setidaknya menjadi salah satu bagian pendukung walaupun tidak terjun langsung sebagai selebriti. Dan namaku sudah lumayan terkenal di dunia fotografi selebriti. Tapi walau bagaimanapun aku bukan selebriti.

Hujan mulai reda, terlihat lampu menyorot jalan lalu diikuti mobil setelahnya. Itu adalah mobil milik Melati. Ia menyadarinya lalu mengucap pamit padaku. Ia berdiri dan melangkah maju. Tapi di ambang pintu lobby yang dijaga security itu dia berhenti kemudian membalikkan badannya padaku lagi. "Dru, kalo aku mau ngehubungi kamu gimana?" tanya dia. Aku sempat berpikir bagaimana caranya, tapi kujawab dengan pasti. "Gampang, aku yang ngehubungi kamu duluan". 

Respon yang kuterima hanya senyum renyah yang membayangi wajahnya kemudian membuatku terfokus pada angan-angan gila untuk segera memilikinya. Di kejauhan sorot lampu jalan membuat ilusi rintik hujan yang hanya ada di bawah lampunya. Entah berapa lama aku mematung memandangi belakang mobil yang ia tumpangi yang semakin jauh semakin menghilang. Dalam benakku bergejolak tentang sebuah kalimat yang menyatakan, “bukankah seorang putri raja selalu menginginkan pangeran?”. Lalu, apakah aku pangeran itu? Aku rasa aku perlu membuktikannya. 

Cerita sebelumnya di sini. 



0 Comments