CERPEN BLOG. Detektif itu memicingkan matanya dalam remangnya cahaya lampu jalanan malam. Dengan status awas dan siaga ia bersembunyi dalam mobil berkaca film hitam, ia tak bergerak. Gerakan sesekali yang ia lakukan hanya ada di pergelangan tangannya yang menggenggam kamera berlensa tele 100-400 mm yang sedang ia pergunakan untuk memotret targetnya. Target tersebut adalah seorang perempuan yang sedang asyik mengobrol dengan seorang laki-laki di balkon salah satu cafe di pinggiran jalan. Sebenarnya satu atau dua foto sudah cukup menjadi bukti yang kemudian siap untuk dilaporkan pada client-nya. Tapi ia ingin menunggu momen tambahan yang mungkin akan menjadi bukti lebih kuat bahwa perempuan itu berselingkuh. Hasil jepretan kamera menangkap perempuan tersebut terlihat tertawa bahagia dengan wajah yang tampak sisi kirinya. Sedangkan sang laki-laki membelakangi kamera tak terlihat jelas wajah aslinya.
30 menit sudah mereka bercengkerama di sana dan sang detektif tak pernah sedetik pun memalingkan pandangannya dari mereka lewat kameranya. Dengan bekal ramalan cuaca cerah berawan namun ternyata ramalam itu meleset tiba-tiba gerimis datang lalu kemudian hujan turun cukup deras. Di sela-sela momen tersebut ia mendapat angle shot yang bagus dari sang laki-laki. Laki-laki itu menengadah ke atas balkon yang tak beratap karena gerimis lalu menoleh sembarang ke samping kanan menuju jalanan. Sang detektif tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Hanya butuh waktu satu detik, ia berhasil mendapatkan wajah si laki-laki. Hari ini tak sia-sia ia pikir. Seminggu ke belakang ia selalu kehilangan jejak dari si perempuan namun hari ini terbayar sudah. Hujan semakin deras dan terhitung target sudah dua menit menghilang dari pandangan berlari masuk ke dalam gedung cafe yang mempunyai dua lantai tersebut. Perasaannya puas lalu dengan tenang ia nyalakan tombol start di mobilnya yang membuat mesin mobil menyala dan lampunya menerangi jalan kemudian ia terobos hujan itu menuju kediaman sang client.
Baca Juga : Aku Suamimu Hari Ini Dan Selamanya
Sudah dua minggu foto itu ada di tangannya tapi Fayyan masih saja memandangi laki-laki dalam foto tersebut yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Rambut laki-laki itu tak terlihat bentuknya secara jelas karena topi baseball yang ia kenakan. Tapi yang pasti ia bukan keturunan Indonesia karena terlihat jelas bentuk wajah dari ras kaukasian yang ia miliki. Saat pertama kali foto itu datang di tengah hujan lebat dan guntur menyambar seolah-olah pertanda bahwa memang ada sesuatu yang tak beres. Dan ternyata ya, ia dapati kekasih tercintanya ada di foto tersebut satu frame dengan pria lain. "Pak Fayyan, saya sudah mendapat bukti yang Bapak inginkan." tegas sang detektif. Fayyan menerima dengan tangan kirinya yang sedikit gemetaran tapi ia samarkan dengan merebut foto itu dengan cepat. Ketakutan di pikirannya membuat jantungnya memompa tak beraturan. Tapi ekspresi di wajahnya datar tak menunjukkan kepanikan sama sekali. Karena apa yang ia alami sekarang sudah ia perkirakan sebelumnya. Dan dua minggu amarahya belum memuncak. Ia hanya fokus memikirkan pada apa yang telah ia lakukan kepada kekasihnya selama ini. Ia tak menemukan satu pun celah untuk mengecewakan kekasihnya. Tapi ia tak mengerti mengapa kekasihnya melakukan ini.
Di minggu terakhir bulan Juni tanggal 27. Fayyan menyiapkan pesta ulang tahun untuk kekasihnya itu. Hanya ia sendirian tanpa mengundang teman-temannya untuk datang. Satu cake cokelat ber-topping lilin menyala di atasnya sudah ia siapkan beserta dengan kejutan yang mungkin akan benar-benar membuat kekasihnya terkejut sampai mati. Fayyan berdiri di ambang pintu lalu menekan bel rumah tersebut. Lalu keluarlah perempuan manis yang selama ini ia anggap kekasihnya. "Fayyan, kok kamu pulang enggak bilang-bilang, sih!" kekasihnya terlihat terkejut juga kesal. "Selamat ulang tahun Lanna Kannarahma." jawab Fayyan tak menggubris pertanyaan kekasihnya itu. Namun kemudian Lanna tersenyum dan mempersilakan Fayyan masuk. "Kenapa kamu pulang ke Indonesia enggak bilang-bilang?" Lanna bertanya untuk yang kedua kali. "Ya, biar surprise", jawab Fayyan santai. "Tiup lilinnya dulu dong." lanjut Fayyan. Lanna meniup lilin itu dengan senang hati lalu kemudian tersenyum lebar. Fayyan pun tersenyum lalu menyerahkan satu amplop cokelat bertali ke arah Lanna. "Apa ini? Kado ya? Kok pake amplop?" Lanna tiga kali bertanya dalam satu napas. "Buka aja." jawab Fayyan. Air muka Lanna yang sebelumnya cerah kini berubah mendung sementara Fayyan masih dalam mode tersenyum berusaha menyembunyikan perasaannya. Di tangan Lanna ada tiga foto. Satu foto laki-laki sedang menyentuh pipinya, satu foto laki-laki sedang menoleh ke kanan dan satu lagi Lanna sedang tersenyum dengan laki-laki membelakangi kamera. Lanna tak bergeming sama sekali, wajahnya berubah pucat ketakutan yang semenit kemudian air mata membanjiri pipinya. Ia tak berkata-kata sama sekali namun ia mencoba untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. "Aku bisa jelaskan semua ini.." Lanna bersuara lirih cenderung tak terdengar. "Enggak usah." jawab Fayyan. "Aku udah curiga selama ini tapi aku enggak akan membuat kamu sengsara dan aku enggak mau membuat diriku kesusahan jadi aku menyewa detektif." lanjutnya. "Aku enggak ngerti salahku apa sampai kamu main curang di belakang aku. Foto ini aku dapat dua minggu yang lalu dan aku punya hak untuk menyelidiki kecurigaanku ini." tegas Fayyan. Fayyan masih menatap Lanna tanpa dendam dan Lanna masih menangis dengan perasaan yang semuanya berbaur lewat tangisan. "Sekarang aku enggak akan ganggu hidup kamu lagi, La. Aku enggak akan cari tau siapa laki-laki yang ada di foto itu. Aku, selama ini aku selalu siap untuk mati. Tapi aku enggak nyangka kamu bunuh aku dengan cara ini." jelas Fayyan panjang lebar.
Fayyan pergi dengan arti yang sebenarnya pergi. Pergi dari rumah itu juga pergi dari kehidupan Lanna untuk selamanya. Ia menghampiri mobilnya untuk pulang tapi saat membuka pintu bahkan belum sempat untuk duduk ia teringat bahwa mobil ini adalah pilihan Lanna. Dua tahun lalu Lanna memaksa Fayyan untuk membeli mobil tersebut. Fayyan terdiam untuk beberapa saat. Ia tutup kembali pintu mobil itu dengan kondisi tidak terkunci dan pergi berjalan kaki lalu menghilang di gelapnya malam.
![]() |
cerpen blog |
Yah, masa Lana habis selingkuh dapat mobil. Ambil lagi mobilnya, mas Fayyan! Ayo cepat balik lagi.
BalasHapus