Di kampus ungu itu, tempat dimana aku bertemu dengan mereka teman-temanku yang kini menjadi sahabatku. Hai, sahabat. Apa kalian baik-baik saja? Sudah cukup lama aku tidak berjumpa dengan mereka. Aku akan ceritakan awal jumpa dengan mereka. Kampus kami membuka kelas untuk karyawan. Ya namanya juga karyawan jadi kuliahnya sore sehabis kami bekerja. Kami dipertemukan di salah satu kelas karyawan tersebut. Yap, walaupun aku tidak secara resmi bekerja tapi aku punya usaha yang harus aku jalankan di siang hari. Usahaku adalah membudidayakan jangkrik. Belum pernah dengar kan jangkrik bisa dibudidayakan? Atau sudah? Syukur deh kalau sudah pernah dengar. Sebenarnya ini usaha ayahku pada awalnya tapi seiring tumbuh kembangku aku pun ikut mengelolanya. Bisa dibilang biaya kuliahku ya dari sana. Kembali ke awal kuliahku, di kelas karyawan tersebut aku banyak jumpa dengan teman baru yang hampir semuanya bekerja walaupun ada satu atau dua orang yang seharusnya masuk kelas regular saja karena sebenarnya mereka belum bekerja. Mayoritas di kelas adalah laki-laki, perempuan bisa dihitung dengan tujuh jari. Itu pun yang bisa bertahan sampai akhir hanya lima. Entahlah, mungkin kurang betah atau masalah ekonomi. Aku cukup senang dengan suasana kampus yang walaupun terlihat minimalis tapi bila dengan teman-teman yang menyenangkan akan terasa asyik juga. Ada yang begini, ada yang begitu. Ada yang sholat, ada yang tidak. Ya, namanya juga manusia. Karena jadwal kuliah kami sore sudah pasti akan terpotong oleh sholat magrib. "Hayu, ka surga heula", ajakku. Artinya adalah "Yuk, ke surga dulu". Aku tak tahu kenapa aku mengajak mereka seperti itu. Terasa enak aja, sih. Di kampusku itu harus pindah-pindah gedung untuk setiap mata kuliahnya, bahkan ada yang jaraknya sampai lebih kurang lima ratus meter jauhnya. Tapi buatku cukup menyenangkan karena bersama mereka.
Yang lebih menyenangkan bersama mereka adalah saat kumpul-kumpul entah itu hanya untuk mengobrol atau makan bareng. Nah, karena salah satu temanku ada yang berprofesi sebagai koki jadi kami bisa masak-masak sendiri dan bisa lebih hemat biaya untuk makan. Rumahku cukup sering jadi tempat untuk kumpul dan masak-masak. Ibu, bapak dan adikku pun jadi kenal akrab dengan teman-temanku saking seringnya mereka bertemu karena rumahku dijadikan tempat kumpul. Dan syukurnya mereka tidak keberatan. Facebook-an, YM-an, chatting-an adalah kegiatan yang sering kami lakukan karena sepuluh tahun lalu media sosial hanya sebatas itu. Seru ngobrol sampai subuh yang kebanyakannya adalah curhat ditinggal cinta. Bagi kami waktu yang tepat untuk curhat cinta adalah jam tiga subuh. Entah siapa yang memulai tapi kami setuju dengan itu.
Aku sama seperti anak-anak lainnya yang tumbuh dan besar di Bandung. Lahir di awal tahun 90'an, 1991 lebih tepatnya. Yap, aku masih masuk hitungan anak millenial. Tumbuh dan besar di keluarga yang hangat di salah satu daerah di Bandung, Parakan Saat atau lebih dikenal dengan Parsat. Jadi teman-temanku itu harus menempuh jarak cukup jauh untuk sampai ke rumahku, bahkan ada yang dari Cimahi. Sejak kecil aku selalu menjadi anak baik. Tak suka rokok atau kopi, aku lebih suka minum susu. Gak percaya kan? Tanya saja ibu dan bapakku, atau adikku. Ah, iya. Ibuku sudah tak ada. Tanggal 4 bulan Juli tahun 2021 lebih tepatnya. Ini bukan cerita tentang masa kuliahku. Ini adalah cerita tentang aku yang harus menyusul ibuku di keesokan harinya. Iya, aku menyusul ibuku. Sebagai anak baik aku harus menjaganya. Yuk, ke surga. Biar kita bisa kumpul lagi, teman.
Dedicated to Indra Purnama
0 Comments