Malam ini agak sedikit dingin rasanya. Tapi tak apa karena suasananya menghangatkan. Mengapa? karena teman-temanku bersamaku. Aku dipertemukan dengan mereka dalam satu kampus swasta di Bandung. Ya, jika dilihat umurku aku termasuk orang yang telat untuk berkuliah. Itupun aku harus bekerja untuk membiayai kuliahku ini. Dengan susah payah aku bekerja sebagai office boy di kantor Pemkot Cimahi. Pagi sampai sore aku harus bekerja kemudian kegiatan aku lanjutkan dengan kuliah di Bandung. Anyway, semuanya aku nikmati dengan riang gembira.
Balik lagi di suasana yang hangat ini. Aku sedang menikmati malam bersama temanku Nisa, Yopi, Isyeu, Indra, Anjas, Heru, Pian, Fitri, Putri, Rony dan yang lainnya juga. Kami menghabiskan malam dengan seru-seruan sambil masak-masak di salah satu rumah temanku, namanya Indra. Yang jadi chef adalah Nisa dan Yopi. Di sinilah kami mulai membangun ikatan satu sama lain. Saling mengenal lebih dekat walaupun akhirnya lama kelamaan waktu untuk nongkrong dengan mereka akan berkurang juga karena aktivitas masing-masing. Pasti selalu seperti itu. Kegiatan ngumpul dan masak-masak tak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar satu semester karena kesibukannya sendiri-sendiri. Dan masing-masing pun sudah menemukan lingkarannya sendiri. Yang ini dengan ini dan yang itu dengan itu. Tapi aku sih santai ke manapun lingkungannya.
Di antara yang lain akulah yang selalu meramaikan suasana. Bukannya sombong tapi memang begitu. Ha Ha ha! Kalau bisa lebih rame kan jadi lebih asik gaulnya, ya kan. Boleh dibilang temanku di kampus adalah penyemangatku setelah penat bekerja seharian di Pemkot Cimahi. Aku tak malu mengakui pekerjaanku ke teman yang lain kalau aku OB. Karena memang itu pekerjaan yang menghidupiku. Dan beruntungnya aku karena mereka tak menilai aku dari pekerjaanku. Mungkin karena semua yang datang ke kampus ini sebagai mahasiswa kelas karyawan hadir dengan nasib dan harapan yang sama. Sama-sama ingin mengubah nasibnya. Dan itulah yang menyatukan kami. Sama-sama karyawan dan sama-sama akan mengeluh jika biaya kuliah naik. He he he.
Dari semester ke semester aku lalui dengan santai saja sih sebetulnya. Sebab kenapa? sebab aku ingin menikmati hidup ini tanpa harus banyak stress. Ha ha ha. Toh akhirnya aku lulus juga di kampus ini. Dan aku akan menyongsong masa depan baru. Ha ha.
Aku diwisuda di tahun 2012 akhir, yaitu di bulan Desember. Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan bagiku dan keluargaku. Akhirnya aku bisa lulus dengan gelar A.Md. Yeay!
Dengan bekal ijazahku ini kulamar beberapa pekerjaan yang kuminati. Karena aku suka broadcast jadi kumasukkan lamaranku ke perusahaan media telekomunikasi dan ternyata aku diterima. Senang dong, pastinya. Tapi ternyata dunia yang kuharapkan tak mendukungku di sana. Jadi kuputuskan resign dan melamar di tempat yang baru. Intensitas temu kangen dengan teman seperjuangan pun semakin berkurang. Hanya tersisa Nisa dan Yopi yang sering kujumpai, itupun di sela waktu libur. Wajarlah, semua punya kehidupannya juga. Tapi bagiku pertemanan akan selalu menjadi selamanya. Suatu saat pasti akan berjumpa dan masak-masakan lagi. Ha ha.
Lepas dari tempat lama aku diterima di perusahaan baru. Kali ini perbankan syariah menerima CV ku dan aku bekerja di sana sebagai telemarketing. Tapi, bukan di Bandung. Aku ditempatkan di Karawang. Jauh dari rumah dan mendapatkan atmosfer kota baru jadi pengalaman yang menantang buatku. Kenapa menantang? karena aku harus bertahanan sendirian di kota orang lain, aku merantau di Karawang. Dapat teman baru juga lingkungan baru tapi teman lama tak akan pernah kulupakan. Setiap pulang ke Cimahi aku akan menyempatkan untuk menjumpai mereka. Sempat sebal juga sih kalau pulang tapi mereka juga sibuk.
Beberapa tahun bertahan di Karawang sampai akhirnya aku dipindahkan ke Jakarta. Ibu kota yang isinya berbagai macam suku bangsa. Tapi untungnya aku ada di lingkungan kost orang Sunda jadi masih seperti di kota sendiri. Di kota ini, cukup lama dengan tekanan sana-sini aku mencoba untuk membiasakan diri dengan pekerjaannya. Juga pola makan yang kadang tak teratur. Mungkin karena salahku juga yang suka makan pedas, aku sempat menderita usus buntu dan harus dioperasi. Dulu waktu di Cimahi pun aku sempat masuk rumah sakit dan diopname. Kupikir aku tak akan pernah masuk rumah sakit lagi tapi ternyata aku harus berurusan bahkan dioperasi usus buntu. Aku tak mau membuat keluargaku khawatir jadi aku mencoba untuk kuat berada jauh dari mereka. Dan, berusaha meyakinkan juga membuat keadaan baik-baik saja.
Namun sekuat apapun aku berusaha menyembunyikan keadaan, tubuhku tak bisa membohongi. Badanku ini ringkih, dari sejak dioperasi kondisi badanku terus menurun. Tapi kupaksakan untuk selalu bisa bekerja dan meyakinkan diriku sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Sampai akhirnya aku sangat drop dan harus dibawa ke rumah sakit. Pikirku aku pasti akan selalu bisa sembuh dari sakit dan melalui semua ini. Lagi-lagi pikiranku salah, kondisi badanku makin menurun dan terus menurun. Mempertimbangkan kondisi ini aku dilarikan ke rumah sakit besar di Cimahi oleh pihak kantor. Aku kembali pulang tapi dengan keadaan yang tak berdaya. Badanku terasa semakin kurus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Antara sadar dan tak sadar aku melihat mereka. Mereka teman-teman yang selalu bersamaku di kampus dan yang selalu mengajakku masak-masak. Mereka ada di sini. Air mataku tak bisa berkompromi lagi memaksa untuk keluar, aku rindu mereka.
Seminggu ada di rumah sakit tanpa tahu apapun, akhirnya aku sudah ada di rumah. Mungkin pihak rumah sakit sudah membolehkan aku untuk pulang. Aku mulai bisa untuk makan dan bisa ngobrol lagi seperti biasa. Ibuku yang selalu menjagaku mulai bisa tersenyum. Beberapa hari aku masih terbaring di rumah. Namun takdirku memang harus sampai di sini. Aku sudah tak kuat lagi menahan semua ini. Dan, aku pamit pada ibuku untuk selama-lamanya. Aku sudah ditunggu di sana.
Didedikasikan untuk sahabat kami tercinta.
Semoga tenang di alam sana.
Balik lagi di suasana yang hangat ini. Aku sedang menikmati malam bersama temanku Nisa, Yopi, Isyeu, Indra, Anjas, Heru, Pian, Fitri, Putri, Rony dan yang lainnya juga. Kami menghabiskan malam dengan seru-seruan sambil masak-masak di salah satu rumah temanku, namanya Indra. Yang jadi chef adalah Nisa dan Yopi. Di sinilah kami mulai membangun ikatan satu sama lain. Saling mengenal lebih dekat walaupun akhirnya lama kelamaan waktu untuk nongkrong dengan mereka akan berkurang juga karena aktivitas masing-masing. Pasti selalu seperti itu. Kegiatan ngumpul dan masak-masak tak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar satu semester karena kesibukannya sendiri-sendiri. Dan masing-masing pun sudah menemukan lingkarannya sendiri. Yang ini dengan ini dan yang itu dengan itu. Tapi aku sih santai ke manapun lingkungannya.
Di antara yang lain akulah yang selalu meramaikan suasana. Bukannya sombong tapi memang begitu. Ha Ha ha! Kalau bisa lebih rame kan jadi lebih asik gaulnya, ya kan. Boleh dibilang temanku di kampus adalah penyemangatku setelah penat bekerja seharian di Pemkot Cimahi. Aku tak malu mengakui pekerjaanku ke teman yang lain kalau aku OB. Karena memang itu pekerjaan yang menghidupiku. Dan beruntungnya aku karena mereka tak menilai aku dari pekerjaanku. Mungkin karena semua yang datang ke kampus ini sebagai mahasiswa kelas karyawan hadir dengan nasib dan harapan yang sama. Sama-sama ingin mengubah nasibnya. Dan itulah yang menyatukan kami. Sama-sama karyawan dan sama-sama akan mengeluh jika biaya kuliah naik. He he he.
Dari semester ke semester aku lalui dengan santai saja sih sebetulnya. Sebab kenapa? sebab aku ingin menikmati hidup ini tanpa harus banyak stress. Ha ha ha. Toh akhirnya aku lulus juga di kampus ini. Dan aku akan menyongsong masa depan baru. Ha ha.
Aku diwisuda di tahun 2012 akhir, yaitu di bulan Desember. Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan bagiku dan keluargaku. Akhirnya aku bisa lulus dengan gelar A.Md. Yeay!
Dengan bekal ijazahku ini kulamar beberapa pekerjaan yang kuminati. Karena aku suka broadcast jadi kumasukkan lamaranku ke perusahaan media telekomunikasi dan ternyata aku diterima. Senang dong, pastinya. Tapi ternyata dunia yang kuharapkan tak mendukungku di sana. Jadi kuputuskan resign dan melamar di tempat yang baru. Intensitas temu kangen dengan teman seperjuangan pun semakin berkurang. Hanya tersisa Nisa dan Yopi yang sering kujumpai, itupun di sela waktu libur. Wajarlah, semua punya kehidupannya juga. Tapi bagiku pertemanan akan selalu menjadi selamanya. Suatu saat pasti akan berjumpa dan masak-masakan lagi. Ha ha.
Lepas dari tempat lama aku diterima di perusahaan baru. Kali ini perbankan syariah menerima CV ku dan aku bekerja di sana sebagai telemarketing. Tapi, bukan di Bandung. Aku ditempatkan di Karawang. Jauh dari rumah dan mendapatkan atmosfer kota baru jadi pengalaman yang menantang buatku. Kenapa menantang? karena aku harus bertahanan sendirian di kota orang lain, aku merantau di Karawang. Dapat teman baru juga lingkungan baru tapi teman lama tak akan pernah kulupakan. Setiap pulang ke Cimahi aku akan menyempatkan untuk menjumpai mereka. Sempat sebal juga sih kalau pulang tapi mereka juga sibuk.
Beberapa tahun bertahan di Karawang sampai akhirnya aku dipindahkan ke Jakarta. Ibu kota yang isinya berbagai macam suku bangsa. Tapi untungnya aku ada di lingkungan kost orang Sunda jadi masih seperti di kota sendiri. Di kota ini, cukup lama dengan tekanan sana-sini aku mencoba untuk membiasakan diri dengan pekerjaannya. Juga pola makan yang kadang tak teratur. Mungkin karena salahku juga yang suka makan pedas, aku sempat menderita usus buntu dan harus dioperasi. Dulu waktu di Cimahi pun aku sempat masuk rumah sakit dan diopname. Kupikir aku tak akan pernah masuk rumah sakit lagi tapi ternyata aku harus berurusan bahkan dioperasi usus buntu. Aku tak mau membuat keluargaku khawatir jadi aku mencoba untuk kuat berada jauh dari mereka. Dan, berusaha meyakinkan juga membuat keadaan baik-baik saja.
Namun sekuat apapun aku berusaha menyembunyikan keadaan, tubuhku tak bisa membohongi. Badanku ini ringkih, dari sejak dioperasi kondisi badanku terus menurun. Tapi kupaksakan untuk selalu bisa bekerja dan meyakinkan diriku sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Sampai akhirnya aku sangat drop dan harus dibawa ke rumah sakit. Pikirku aku pasti akan selalu bisa sembuh dari sakit dan melalui semua ini. Lagi-lagi pikiranku salah, kondisi badanku makin menurun dan terus menurun. Mempertimbangkan kondisi ini aku dilarikan ke rumah sakit besar di Cimahi oleh pihak kantor. Aku kembali pulang tapi dengan keadaan yang tak berdaya. Badanku terasa semakin kurus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Antara sadar dan tak sadar aku melihat mereka. Mereka teman-teman yang selalu bersamaku di kampus dan yang selalu mengajakku masak-masak. Mereka ada di sini. Air mataku tak bisa berkompromi lagi memaksa untuk keluar, aku rindu mereka.
Seminggu ada di rumah sakit tanpa tahu apapun, akhirnya aku sudah ada di rumah. Mungkin pihak rumah sakit sudah membolehkan aku untuk pulang. Aku mulai bisa untuk makan dan bisa ngobrol lagi seperti biasa. Ibuku yang selalu menjagaku mulai bisa tersenyum. Beberapa hari aku masih terbaring di rumah. Namun takdirku memang harus sampai di sini. Aku sudah tak kuat lagi menahan semua ini. Dan, aku pamit pada ibuku untuk selama-lamanya. Aku sudah ditunggu di sana.
Didedikasikan untuk sahabat kami tercinta.
Semoga tenang di alam sana.
Bahagia tin disana Al-fatihah ❤️
BalasHapusaamiin
Hapus