Type something and hit enter

author photo
By On
Pada hari yang diinginkan kami tiba di tempat ini dengan rasa kantuk yang masih mendera jiwa. Kami disini maksudnya adalah saya dan wan kawan. Kami terdampar dalam perjalanan menuju Tanjung Lesung. Tanjung Lesung itu adalah sebuah nama destinasi wisata, yaitu pantai, tapi bukan Indah Kapuk. Tepatnya di Kabupaten Labuan, Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Lengkap kan. Kenapa terdampar? karena kami tiba di pagi buta, sekitar pukul lima pagi dan pantai masih ditutup. Alhasil kami berlindung dari godaan setan di masjid kemudian menyaksikan sunrise di pesisir pantai tempat parkir perahu nelayan.


Tanjung Lesung

Nah, lupa tanggal berapa waktu ke Tanjung Lesung yang pasti sih tahun 2013. Eh, apa 2012 ya? Kami ber-berapa waktu itu ya lupa, pokoknya rame lah, berangkat dari Bandung menuju Banten pake Inova boleh pinjem tuh Inova nya. Pokoknya ngeng dari Bandung malem-malem dan sampai subuh di sana seperti yang saya bilang sebelumnya biar dejavu.

Langsung aja lah ya ke cerita seru nya, jadi gini, jadi kedatangan kami ke Tanjung Lesung kali ini adalah yang pertama kali. Menurut info sana-sini  Tanjung Lesung airnya masih jernih, langitnya masih biru, sebiru cintaku. Nah, ceritanya kami sampai ke pantai pagi-pagi buat check ombak masih berdesir apa enggak. Saking takjubnya kami masih belum berani buat berenang karena masih lapar dan kami putuskan dengan mufakat bulat untuk balik lagi ke pantai siang menuju sore nanti. Dan dalam pencarian menuju perut kenyang kami menemukan warung nasi yang menjanjikan kedamaian. Masuklah kami dengan tak menduga suatu apapun. Saat memasuki pintu yang sudah terbuka, sepertinya sih sengaja dibuka, kami langsung melihat meja panjang dan kursi yang berjejer bak singgasana raja yang terbuat dari plastik. Dugaan awal kursi itu mereknya Lion Star. Saya sih langsung duduk soalnya ngantri kalo langsung pesan. Masuk akal kan. Setelah itu terjadi lah percakapan dengan si mbak-mbak pemilik warteg. Teman saya pertama kali melihat poster Sm*sh yang sudah hampir copot ditempel di ambang pintu.

Dhimas: "Mbak, itu Diki nya kasian mau jatoh", maksudnya sih becanda.

Mbak Warteg : "Jangan sembarangan ya, nanti saya bilangin ke pacar saya (Diki Sm*sh)", dengan nada sinis.

bukan warteg yang dimaksud

Ternyata tak diduga tak dinyana, kami masuk ke warteg yang pemiliknya adalah Sm*shblast. Wow, amazing. Hipotesa kami, penggemar Sm*sh selalu seperti itu, selalu siap untuk membela idolanya apapun yang terjadi biarpun itu cuma poster yang ditempel di depan pintu, coy. Dan, bisa saja warteg yang kami datangi itu adalah base camp untuk Sm*shblast distrik Banten. Tapi sayangnya kami tak sempat berfoto di warteg Sm*shblast Banten itu, foto yang diatas bukan warteg Sm*shblast Banten. Foto di atas cuma warteg biasa yang kalau makan harus bayar. Sangat disayangkan memang, karena saat kami datang untuk yang kedua kalinya ke Tanjung Lesung kami sangat ingin datang lagi ke base camp Sm*shblast Banten tapi tempatnya ternyata sedang tutup. Sedih kan.

Untuk mbak warteg Sm*shblast Banten, bagaimana kabarnya sekarang? Dan satu lagi mbak, kenapa sih tulisan Sm*sh harus disensor?

Tanjung Lesung

1 Comments: